Review Film "Bad Genius"

  • Agustus 22, 2019
  • By Yuni Siti Nuraeni
  • 0 Comments


Source pict: google.co.id

Hi bloger, wah sudah lama sekali saya absen di blog. Sekarang muncul lagi, ada yang kangen?. Kali ini saya mau ngereview film yang cukup menarik menurut saya, karena banyak pelajaran yang bisa diambil dari film tersebut. Film ini juga sebenarnya memberitahukan kita bahwa kecurangan itu tidak dibenarkan dalam hal apapun dan sekecil apapun. Oke tidak berlama- lama, langsung saja ya.


Film besutan sutradara di produksi tahun 2017. Film ini terinspiraai dari kisah nyata sisi gelapnya pendidikan. Film asal Thailand yang berdurasi lebih dari 120 menit ini mampu membuat para penonton, khususnya saya penasaran sangat akan akhir dari film yang seperti menceritakan kondisi pendidikan saat ini. 

Berawal dari seorang siswi yang sangat pintar memiliki nilai IPK 4.0, sering memenangkan lomba matematika antar sekolah, teka- teki silang, olahrga dan mata pelajaran lainnya. Rinrada Nitlhep yang di panggil Lyn seorang siswi kelas 12, ayahnya tak lain adalah seorang guru. Ayah Lyn ingin agar Lyn bisa mendapatkan beasiswa keluar negeri maka ia pun memindahkan putrinya Lyn ke sekolah Krungthep Thaweepanya yang cukup mahal dan cukup jauh dari rumahnya. Lyn pun berhasil di terima di sekolah tersebut karena bakat dan kepintaranya melalui beasiswa. 
Di kelas ia berteman dengan Grace yang biasa- biasa saja dalam hal akademik. Grace pun akan di keluarkan dari sekolah jika nilainya tidak ada peningkatan. Ia pun meminta Lyn yang pintar untuk mengajarinya. Tidak ada yang salah memang dalam hal ini. Lyn mengajari Grace agar mampu mengerjakan ujian. Dan kecurangan pun bermula, saat Lyn menyadari bahwa soal latihan mereka ternyata sama persis dengan soal ujiannya. Namun Grace masih tak mampu mengerjakan. Lalu Lyn pun menuliskan jawaban untuk Grace di penghapus miliknya. 
Berita ini pun sampai pada kekasih Grace, Pat. IPK Grace yang naik 3.87 pun membuat Pat tertarik untuk mendapat contekan dari Lyn. Lyn yang awalnya menolak pun akhirnya menyetujui, ia pun akan menerima bayaran tidak hanya dari Pat dan Grace tapi juga dari kelima orang teman lainnya yang ingin mendapatkan jawaban. 
Dalam lubuk hati Lyn, sebenarya tak ingin melakukannya, namun ia sadar bahwa ayahnya membutuhkan uang. Lalu karena kejeniusannya, Lyn pun mendapatkan sebuah ide untuk memberikan contekan dengan sebuah kunci nada piano. Dan mereka pun berhasil, rekening Lyn semakin hari semakin gendut. Ia pun mulai  tak jujur kepada ayahnya dengan mengatakan bahwa ia dibayar atas les piano teman- temannya. 

Lyn, bukannya satu- satunya siswi terpintar di sekolah tersebut. Bank adalah siswa jenius lainnya. Dalam lomba cerdas cermat mereka pun menjadi tim mewakili sekolahnya. Lyn tak menganggap Bank sebagai saingan walapun slot beasiswa ke Singapura hanya untuk satu orang. Bank yang menjunjung tinggi ke jujuranpun akhirnya mengetahui ada kecurangan saat ujian. Ia pun melaporkannya dan Lyn serta temanya pun di interogasi. Orangtua Lyn pun dipanggil dan semua pun terkuak. Lyn menyadari kesalahanya dan menyesal. 
Namun, tidak cukup sampai disitu. Grace dan Pat akan di sekolahkan ke Boston, namun karena mereka tak mampu medapatkan nilai bagus  dan lulus, akhirnya Grace pun kembali meminta bantuan Lyn. Lyn bahkan sempat menolak, namun ia pun mendapat ide cemerlang agar bisa membantu temannya. 
Kecuranganpun direncanakan dengan matang, Lyn mengatur semuanya dan ia pun membutuhkan  bantuan Bank agar rencananya berjalan mulus. Bank yang kala itu di pukuli dan dibuang ke tempat pembuangan sampah tak bisa mengikuti ujian seleksi beasiswa ke Singapura. Ia pun akhirnya menyetujui rencana mereka Lyn dan teman- temannya dengan bayaran yang cukup menggiurkan. 
Perencanaan mereka sangat matang, bahkan merekapun sudah mendesain kalau rencana mereka terkuak harus seperti apa kelak jika di tanyai. Dan disitulah Pat keceplosan dalam berbicara. Ia ternyata dalang dari pemukulan Bank. Bank pun marah dan tak jadi ikut rencana, Lyn pun kesal karena Pat bermain kotor dan pergi meninggalkan mereka. Namun lagi- lagi Grace berhasil membujuk Lyn dan akhirnya Lyn pun setuju. Bank yang berubah pikiranpun kembali mendatangi Lyn, akhirnya mereka pun pergi ke Sydney Autralia berdua untuk mengikuti Ujian STIC lebih dulu dibanding di negaranya Thailand. Lalu rencana mereka pun berhasil di Sesi pertama ujian dan tidak begitu di sesi berikutnya. 
Akhirnya Bank didiskualifikasi dan tidak dilarang mengikuti ujian ke luar negeri, pun demikian dengan Lyn walaupun di masih bisa megikuti ujian tahun berikutnya. Teman- temannya berpesta pora merayakan diterimanya di universitas yang mereka impikan, namun tidak bagi Lyn dan Bank.
Lyn pun melamar pekerjaan menjadi seorang guru, ia ingin agar ilmu yang ia miliki bisa disampaikan ke anak didiknya dengan cara yang benar. Lyn pun akhirnya membuat sebuah pengakuan tentang kecurangan yang ia dan teman- teman lainnya lakukan. 


Itulah sedikit review film Bad Genius. Gimana, penasaran gak? Sengaja tidak terlalu detail saya mereview, agar teman- teman bloger nonton, hihi. 

Di film ini, kita bisa mengambil pelajaran yaitu memberi pemahaman pada anak- anak bahwa nilai bukanlah segalanya, tapi proses mendapatkan nilainyalah yang perlu di tanamkan agar memperolehnya dengan usaha maksimal dan kerja keras sendiri. Dan yang tak kalah penting jujur dalam memperolehnya. 

Selain itu film ini pun mengajarkan bahwa pintar saja tidak cukup, karena seserorang pun perlu beratitude atau berakhlak baik. Karena jika hanya kepintaran saja yang dikedepankan maka perilaku seperti di film inilah salah satu contoh yang akan terjadi. Bahkan telah ada penelitian yang melihat IQ tinggi bukan satu- satunya yang harus dimiliki tetapi juga EQ atau emosional quotion.

Film ini pun memperlihatkan bahwa sosok ayah yang pasti sangat kecewa terhadap perilaku anaknya, tetap memaafkan dan mendukung saat perbuatan itu baik. 

Satu lagi yang ditunjukan dalam film ini bahwa sebesar apapun kesalahan kita, jangan pernah takut untuk meminta maaf, menyesali dan mengakuinya. Karena dari proses itulah kita bisa belajar agar menjadi lebih baik lagi. 

You Might Also Like

0 komentar