Review Buku "SPEAK TO CHANGE"




Penulis: Jamil Azzaini
Tahun Terbit: Oktober 2015
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Buku 'Speak To Change'  ditulis oleh Jamil Azaini yang merupakan pendiri Akademi Trainer dan CEO Kubik Leadership. Beliau yang sukses dengan slogannya 'sukses mulia' juga dikenal sebagai motivator, penulis, dosen dan pengusaha.  Buku ini saya dapatkan setelah suami mengikuti training di akademi training.


  • Chapter 1
Pada bagian pertama buku ini  memotivasi kita apapun profesinya untuk bisa berbicara.  Berbicara yang tak hanya bicara tanpa isi,  tanpa pengaruh dan membuat bosan pendengarnya.  Tapi berbicara yang mampu dipahami, sistematis, mampu menyampaikan pesan yang tajam,  menggerakan semua yang mendengar,  dan menimbulkan energi bagi pendengarnya.

Menurutnya bahwa kemampuan bicara didepan umum atau lebih dikenal dengan public speaking wajib dimiliki oleh siapa pun yang ingin sukses. Karena biasanya orang yang sukses,  handal, dan ahli di bidangnya menjadi role model dan rujukan banyak orang. Pada saat itulah mau tidak mau, suka tidak suka,  jika kamu adalah mereka, maka kamu akan di 'paksa' untuk hadir menjadi pembicara.

Sebagai orang tua pun perlu memiliki kemampuan berbicara, sehingga anak-anak tertarik mendengarkan,  Seorang pebisnis yang memiliki tim yang besar maupun kecil perlu memberi arahan atau sambutan di timny, seorang pemimpin perusahaan yang butuh pimpinan yang menyemangati karyawan-karyawannya.Terlebih lagi seorang kepala negara, ia wajib memiliki kemampuan bicara yang andal. Seperti halnya Sang proklamator Indonesia  Ir.  Soekarno presiden pertama Indonesia. Beliau mampu menyampaikan pidato yang penuh energi,  bersemangat,  dan tidak mudah membuat orang mengantuk.

Dibuku ini pun disebutkan alasan mengapa berbicara itu penting karena berbicara adalah media:

1. Menyampaikan ide atau gagasan
2. Memotivasi tim kerja
3. Mengkader orang lain
4. Menjelaskan kebijakan organisasi 
5. Menjelaskan Sandard Operational Procedure
6. Membangun budaya kerja organisasi 


  • Chapter 2 
Pada chapter ini Jamil Azzaini memaparkan tentang beberapa manfaat berbicara. Diantaranya adalah self improvement, disini Jamil Azzini mengilustrasikannya dengan sebuah kisah inspiratif. Menurutnya pembicara adalah fasilitator untuk saling berbagi, mentor dari sebuah diskusi. Ketika seseorang diamanahi untuk menjadi seorang pembicara, pemandu, mentor baik dalam lingkup kecil maupun besar. Saat lisan ini berlatih untuk berbicara segala hal tentang kebaikan maka perbuatan dan akhlak pun harus terus belajar agar sejalan dengan apa yang dibicarakan atau disampaikan. Poinnya adalah berbicara pada orang lain untuk membuatnya berubah akan membuat kita lebih bisa menjaga diri dari perbuatan buruk.
Manfaat berbicara yang kedua adalah mengubah orang. Jamil Azzaini menjelaskan mengubah orang lain dengan tujuan mengubah knowledge, mengubah orang untuk meningkatkan skill, mempengaruhi orang untuk mengubah BELIEF, dan mengubah orang untuk ACTION. Melakukan semuanya dengan mengharap balasan dari Sang Khalik.
Selain 2 manfaat berbicara  diatas, networking juga termasuk dalam manfaat berbicara. Jamil Azzaini  bahwa kesuksesan seseorang salah satunya dicapai dengan cara proaktif membangun kekuatan dan jaringan.

Manfaat berbicara selanjutnya  adalah passive pahala. Nah bagian ini bisa difahami juga kan? Sering dengar pssive income? passive pahala ini tak jauh berbeda dengannya. Passive income dimana kamu akan tetap menerima penghasilan/ uang walaupun kamu tak bekerja. Semua orang pasti mau donk ya punya passive income, apalagi saat usia tak lagi muda, maunya kan tidak mau repot- repot bekerja tapi tetap dapat uang, hehehe. Nah, Jamil Azzaini pun menjelaskan bahwa berbicara itu bisa menjadi passive pahala. Mengutip hadits yang berbunyi:

" Ketika anak adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya, kecuali 3 hal yaitu: (1) Sedekah jariyah, (2) Ilmu yang bermanfaat, dan (3) Doa anak shaleh ". (HR. Muslim)


Manfaat berbicara yang terakhir adalah menciptakan mesin uang. Wah. Kalau dengar kalimat ini, pasti semua bertanya? Mesin uang? Bagaimana bisa? Jamil Azzaini dibagian ini menjelaksan secara gamblang, kalau mau bisa menciptkan mesin uang.


  • Chapter 3

Bagian 3 ini  berjudul 'Mari Bercermin'. Bicaralah dengan merefleksikan apa yang dialami dalam kehidupan sehari- hari. Karena isi pembicaraan kita menjadi berkualitas karena keseharian kita memang seperti itu adanya. Lalu, bicara berkualitas itu yang seperti apa?

Chapter 4

Nah, di chapter inilah penulis memaparkan dengan lengkap dan padat tentang cara berbicara agar bicara kita berkualitas.



You Might Also Like

0 komentar