Games, Agar Belajar Mengajar Menyenangkan

  • Januari 07, 2019
  • By Yuni Siti Nuraeni
  • 0 Comments









source: pixabay

Assalamualaikum bloger.

Saat perserta didik belum menguasai kompetensi yang diajarkan, janganlah seorang guru dengan mudah menyalahkan bahwa anaklah yang tidak pandai. Padahal setiap hari guru menyampaikan materi hanya dengan metode ceramah yang pada akhirnya peserta didik bosan, mengantuk bahkan mengobrol dengan temannya. Sehingga materi yang diajarkan pun sama sekali tak difahami. Karena setiap anak unik dengan kelebihan dan kekuranganya masing- masing. Ada anak yang cepat menangkap apa yang disampaikan ada juga anak yang memang membutuhkan beberapa penjelasan tambahan untuk bisa segera memahami. Untuk itulah seorang guru dituntut kreatif dalam menyampaikan materi agar peserta didiknya tidak bosan dan mengantuk.
Proses belajar akan efketif apabila anak berada dalam kondisi senang dan bahagia. Dan begitu sebaliknya. Sejalan dengan hal itu maka games memberikan anternatif yang dapat diterapkan yakni sebagai ice breaker (pencair suasana) sekaligus juga sebagai energizer (pemberi kekuatan) sebelum pemberian materi inti, memberikan pencerahan saat anak didik sudah mulai jenuh, menanamkan materi lebih lama dalam ingatan, dan juga dapat befungsi sebagai penguat tambahan kesimpulan.

Kamu pasti tahu apa arti game, yup betul! Game menurut istilah berarti permainan. Game bisa berfungsi sebagai warming up (pemanasan), penghilang kejenuhan, sarana agar anak lebih terlibat aktif dan memberi respon. Game berbeda dengan simulasi, simulasi merupakan situasi imajiner tiruan dari kondisi yang sesungguhnya. Nah kita simak yuk, games nya apa aja sih?
1.      Games Untuk Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran memiliki maksud 2 hal. Pertama, untuk menyiapkan mental siswa untuk terlibat dalam materi yang akan dibahas. Kedua, untuk memicu minat serta siswa bisa terpusat perhatiannya pada materi yang akan diajarkan.

2.      Game Untuk Menutup Pelajaran
Menutup pelajaran memiliki empat fungsi, pertama, memusatkan perhatian siswa pada akhir kegiatan atau akhir pelajaran. Kedua, merangkum atau membuat garis besar persoalan yang baru saja dibahas tujuanya agar siswa mendapatkan gambaran jelas tentang makna atau esensi dari pelajaran yag dibahas. Ketiga, mengonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal hal pokok dalam pelajaran agar informasi yang telah diterima dapat membangkitkan minat untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan yang berguna bagi kehidupan nanti. Keempat, mengorganisasikan semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari siswa menjadi satu kebulatan yang bemakna dalam memahami esensi pelajaran itu.

Menurut Piaget, anak memiliki empat tahap dalam bermain, yaitu sensorimotor (muncul sebelum perkembangan bahasa dimulai), praoperasional (sebelum usia 2-7 tahun), operasi konkret (usia antara 7-12 tahun), operasi formal (terjadi pada usia di atas 12 tahun). Selanjutnya dalam perkembangan anak mulai dari usia paling muda, mereka memulai bermain dengan sebelas cara.

1.      Sensorimotor:
Bermain dengan penginderaan dan anggota badan.

2.      Bermain fungsional:
Bermain dengan menggunakan anggota tubuhnya.

3.      Bermain pengamatan:
Anak tidak bermain ia hanya mengamati. Dengan melihat anak lain bermain, ia sudah puas.

4.      Bermain pasif, mereka melakukan kegiatan tanpa gerakan aktif.
Contohnya menonton acara TV, mendengarkan musik dan sebagainya.

5.      Bermain aktif:
Anak bermain dengan keaktifan anggota tubuhnya.

6.      Bermain soliter:
Bermain sendiri tanpa membutuhkan teman.

7.      Bermain pararel:
Bermain berdekatan dengan anak yang lain, namun tidak ada interaksi anatara keduanya (anak bermain berdampingan).

8.      Bermain sosial:
Siswa bermain bersama dengan interaksi dan sosialisasi (siswa bermain berhadapan).

9.      Bermain kooperatif:
Siswa berkelompok untuk bermain bersama teman dengan peran dan tugas masing-masing.

10.  Bermain peran:
Siswa memerankan profesi, atau benda (untuk topik tertetentu). Anak mampu berbicara melebihi kemampuannya dalam mengambarkan situasi yang sebenarnya.

11.  Bermain simbolik:
Siswa bermain dengan symbol berupa berbagai pesan.


Dengan bermain anak tidak hanya menyerap informasi tapi mereka juga bekerja dengan informasi tersebut, bagaimana aplikasinya dan terus melakukan percobaan berulang-ulang sampai informasi tersebut dimengerti anak.







#ODOP
#EstryLookCommunity
#Day7





You Might Also Like

0 komentar