KepergianMu

  • Januari 31, 2019
  • By Yuni Siti Nuraeni
  • 0 Comments





Gawai Andini bergetar disakunya, tapi di abaikannya karena sedang mengajar Matematika pada
muridnya. Getaran gawainya pun sejenak berhenti, Andini masih dengan aktifitasnya. Ia sangat
bersemangat menjelaskan pembagian pecahan pada muridnya yang duduk di bangku kelas lima sekolah
dasar ini. Arfa pun antusias mendengarkan , Ia tahu gurunya ini sangat pintar dalam matematika, dan ia
yakin, ia tidak salah pilih. Andini lalu memberikan latihan soal agar ia bisa sejenak mengambil gawai
disakunya. Dilihatlah call log yang tertulis di smartphonenya itu.

"Dari ayah" gumam Andini.

Tiba- tiba pikirannya tak tenang, firasatnya pun begitu tak mengenakan. Ia teringat akan ibunya yang
sudah beberapa bulan ini sakit dan tak kunjung pulih. Terakhir kali ia melihat ibunya dua pekan lalu saat
ia berangkat untuk kuliah. ibunya yang hanya bisa duduk di kursi roda tak bisa lagi menapakan kakinya,
tubuhnya lemah lunglai.
Andini adalah anak pertama dari pasangan Siti dan Mahmud. Semenjak ia diterima di salah satu
perguruan tinggi negeri terkemuka di Jakarta, ia tinggal di rumah kosan. Tiap 2 pekan sekali ia pulang
bahkan kadang tiap 1 bulan. Andini juga sudah mengajar les privat untuk membantu sang ayah
membiayai kuliah. Karena ayahnya hanya seorang supir angkot yang pengahasilannya tak menentu.

"Ibu, Andini pergi kuliah dulu ya, ibu cepat sehat ya, bulan depan Andini Wisuda, ibu harus hadir" bisik
Andini.

Ingatanya tiba- tiba pada sosok ibu yang sedang sakit membuatnya tak fokus dalam mengajar.

Andini pun urung menelepon balik ayahnya karena dilihatnya Arfa telah selesai mengerjakan latihan
soal. Andini tak ingin mengecewakan muridnya itu.

"Bu Dini, saya sudah selesai nih" ucap Arfa.

"Oh, sudah coba sini ibu lihat" jawab Andini.

Diperiksanya satu persatu jawaban Arfa dan Andini pun mengangkat tangan kanannya dan memberi
jempol pada Arfa.

"Wah, hebat Arfa, jawabnya benar semua" ucap Andini senang.

"Hore hore, aku hebat!, terimakasih Bu Dini" tutur Arfa.

Sembilan puluh menit telah berlalu, Andini pun segera mengakhiri kelas privatnya. Ia merapikan buku-
buku Arfa yang tercecar di meja, la pun memasukan bukunya kedalam tas. Andini tak lupa berpamitan
kepada kedua orang tua Arfa yang sedari tadi ada diruang tamu menyaksikan mereka di ruang tengah.
Baru saja ia menginjakan kakinya keluar rumah Arfa ia segera mengambil gawai disakunya dan menekan
tombol yang bertuliskan 'My Dad'

"Assalamualaikum, Pak, ada apa tadi telepon?" tanya Andini

"Andini, kamu segera pulang ya, hari ini juga!" tegas ayah.

Tentu saja Andini heran dengan pinta ayahnya itu, rasa penasaran memenuhi pikiranya, semua tanya,
ada apa, kenapa berputar putar dalam pikiranya. Jantungnya tiba- tiba berdegup kencang. Ditunggunya
angkutan yang akan mengantarnya ke rumah kos nya,tapi tak kunjung lewat. Ia pun bergegas mencari
ojeg. Gawai andini kembali berbunyi, kini dari bibi yang juga adik dari ibunya.

"Andini kamu masih dimana? Ayo cepat pulang! " Sahut bibinya diujung telpon.

Andini semakin penasaran, ada apa gerangan sehingga ia harus segera pulang.

"Bi, ada sebenarnya? Andini masih di Bus" jawab Andini dengan nada sedikit meninggi.

Jalan tol yang harusnya menjadi jalan bebas hambatan tapi ternyata tak mampu menyelesaikan masalah
macet yang sering kali terjadi kala liburan sekolah tiba. Kemacetan dimana- mana tak mampu terurai
segera. Bus yang ditumpangi Andini pun terjebak dalan kemacetan. Harapan untuk segera bersua
dengan keluarga pun sirna sudah.

"Andini, kamu harus sabar ya nak, kamu harus kuat. Ini sudah ketetapan dari Allah" ucap bibi andini.

Rasa penasran san heran pun semakin menggelaulyiti hati dan pikiran Andini. Tiba Tiba bayangan sang
ibu melintas pikirannya.

"Bi, ibu kenapa bi? Ada apa dengan ibu?" tanya Andini histeris.

"Maaf nak, bibi tak bisa lagi menutupinya. Ibu mu Din, ibumu sudah meninggal" l
irih bibi Andini.

Suara tangis pecah, bulir bening itu tumpah. Semua terlihat gelap, gawai yang dipegangnya erat jatuh.

Andini tak sadarkan diri

---to be continue--

#ODOP
#Day31
#EstriLookCommunity
#Fiction

You Might Also Like

0 komentar